Selasa, 09 Maret 2010

sistem kekerabatan orang sunda

Keadaan Geografis

Suku sunda berdiam di wilayah Jawa Barat dengan luas 46.300 KM oleh karena itu wilayah Jawa Barat sering disebut Tanah Pasundan atau Tatar Sunda. Jumlah penduduknya mencapai 41,5 juta orang pada tahun 1998. daerahnya berbatasan dengan :
  1. Laut Jawa dan DKI Jakarta di sebelah utara
  2. Samudera Hindia disebelah Selatan
  3. Selat Sunda disebelah barat
  4. Propinsi Jawa Tengah disebelah timur
Secara budaya tatar sunda ini diperoleh oleh sungai Cilosari dan sungai Citanduy, secara fisik wilayah Jawa Barat apat dibedakan atas 4 bentukan, yaitu :
- Dataran rendah dibagian utara, kemudian beralih keperbukitan dataran tinggi bandung dan akhirnya pegunungan dibagian selatan.
Berikut ini akan dijelaskan tentang kebudayaan Suku Sunda, diantaranya :

1. Sistem kepercayaan
Sebagian besar (97,7 %) suku beragama islam, upacara-upacara adat banyak diwarnai oleh keagamaan, seperti : acara kaulan atau selamatan, yaitu acara yang diselenggarakanmalama Jum’at. Diisi dengan pengajian atau ceramah keagamaan dengan mengundang tokoh agama, ustadz, atau ajengan yang sangat dihormati oleh masyarakat. Hidangan yang disajikan berupa tumpeng, yaitu nasi berbentuk gunung dan diberi warna kuning (kunyit) dan didalamnya ada kentang, telur dan daging ayam.
Upacara lain yang erat kaitannya dengan agama adalah akekah, yaitu memotong Kambing sebelum bayi berumur 40 hari. Satu ekor Kambing untuk bayi perempuan dan 2 ekor kambing untuk bayi laki-laki. Selain itu upacara keagamaan lainnya adalah seunatan dan tahlilan untuk mendoa’kan orang meninggal. Tahlilan dilaksanakan pada hari ke 3,7,40 dan 100 setelah orang meninggal tersebut.
Pada acara tertentu seringkali kebudayaan bersifat tradisional dilaksanakan dengan alasan nurutkan kali parani karuhun, artinya mengikuti kebudayaan nenek moyang. Misalnya pada acara sebagai berikut :

  1. Tujuh bulanan, yaitu saat wanita yang sedang mengandung usia kehamilannya mencapai tujuh bulan. Wanita hamil tersebut memakai kain sampai batas dada dan disiram dengan air kembang yang berisi belut oleh para orang tua secara bergiliran. Setelah mandi ada acara jual rujak kepada kaum kerabat, uangnya adalah pecahan genteng yang dibulatkan. Acara memecahkan kelapa muda dan dengan berbagai bunga dan kendi diperempatan atau pertigaan jalan (jalan ngolecer) sebagai simbol kelancaran dalam melahirkan.
  2. Acara Sembilan Bulanan, yaitu dilakukan pada saat usia kehamilan mencapai usia 9 bulan, diadakan acara mencoreng muka dengan bedak antar kerabat, dilanjutkan dengan pembagian bubur lolos (bubur yang diberi tepung beras sebagian diberi gula sebagian tidak, sehingga warnanya menjadi merah putih) kalau ditekan terasa lain, merupakan simbol harapan si Ibu agar melahirkan anaknya mudah, lancar dan selamat.
  3. Acara Puput Puser, dilakukan saat mongeringnya tali puser bayi (plasenta) yang dianggap sebagai saudaranya bayi, sehingga pada saat bayi lahir, plasenta dijaga dengan baik sebelum dikubur atau digantung di atas langit –langit dapur (hal ini bergantung pada letak unsure bayi pada plasenta).
  4. Sebelum plasenta disimpan (dikubur / digantung) dalam pendil ( tempat dari tanah tembikar bertutup), dan diberi bumbu, seperti gula, garam dan asam dengan maksud agar anaknya kelak berperangai baik, berbudi pekerti, dan gampang rejekinya. Usus bayi yang sedang mengiring dari pusar, biasanya disimpan dalam kantong kain (kanjut kundang) dan diberi potongan-potongan kunyit, cabe merah, jahe, kuning, panglay dan sebagainya. Kantong tersebut, disimpan dibelakang kpala bayi bersama dengan cermin, dengan harapan bayi tersebut tidak diganggu mahkluk halus.
  5. Acara-acara dan perkawinan, misalnya dalam acara siraman, yaitu mandi seperti pada acara tujuh bulanan hanya air kembang tidak dipakaai belut ngeuyeuk pintu setelah akad nikah.
Dibeberapa tempat seperti di Cirebon, acara Maulidan sering dipergunakan untuk acara membersihkan barang-barang yang dianggap keramat, seperti : Keris, bat dan sebagainnya. Pada zaman dulu, beberapa masyarakata pedesaan mempunyai kepercayaan terhadap roh halus, seperti Jurig, Genderewo dan Kuntilanak. Untuk mengatasinya diadakan acar kukuran, bakar kemenyan, deangan mengucapkan sejumlah mantera, pemberian congot manik (tumpeng kecil) di tempat-tempat tertentu yang dianggap ada, penghuni roh halusnya seperti kamar mandi, pohon beringin, kuburan, dan sebagainya.

2. Sistem bahasa

Suku sunda mempergunakan bahasa sunda sebagai alat komunikasi. Bahasa sunda menunjukan tingkatan-tingkatan atau unduk usuk basa yaitu bahasa halus, kasar, sedang. Di daerah utara, bahasa sunda sudah banyak yang bercampur dengan bahasa Jawa, demikian pula di daerah perbatasan Jawa Barat, dibagian barat, khususnya Serang, Pandeglang dan Banten bahasa sundanya relatif kasar. Didaerah pedalaman seperti : Ciamis, Cianjur, Sukabumi, Bandung, Garut, dan Sumedang masih relatif murni, belum banyak campuran. Bahasa Cianjur dikenal sebagai bahasa sunda yang terhalus. Nada bahasa Cianjur sangat khas sebagai daerah priangan masih murni dan belum terisolasi oleh campuran bahasa lain.

3. Sistem Ekonomi

Kehidupan perekonomian di daerah Jawa Barat sudah terlelu kompleks oelh berbagai macam aspek kehidupan ekonomi, kota, desa, perkebunan dan sebagainya. Kota-kota di Jawa Barat berfungsi sebagai pusat perdagangan transitor dari kota-kota ini abahan mentah diteruskan ke kota-kota pelabuhan seperti : Jakarta, Cirebon, dan Cilacap kemudian dikirim keluar negeri, sesuai dengan fungsi ini, kota menjadi pusat peredaran uang dalam volume relatif besar.
Perkembangan terlihat di tengah-tengah daerah pertanian rakyat pedesaan berkat tanahnya yang subur dan iklim yang menguntungkan, daerah Jawa Barat menjadi perkebunan penting di Indonesia. Di daerah ini terdapat anatar lain : Perkebunan teh, karet, kina, tebu dan kelapa sawit. Dari seluruh luas Jawa Barat yang lebih kurang 4,5 juta hektar besarnya, setengah juata hektar merupakan wilayah perkebunan dan selebihnya adalah sawah dan ladang.

Selain perdagangan dan perkebunan, orang sunda juga hidup di pertanian, pertanian dilaksanakan secara tradisional. Masyarakat bercocok tanam di sawah yang telah mendapatkan irigasi maupun disawah yang mesih mengandalkan air hujan. Untuk sawah yang mengandalkan air hujan, sebelum musim penghujan, tiba biasanya petani lebih dulu menanaminya dengan, suku sunda mempergunakan bahasa sunda berbagai jenis palawija, 9ubi jakar,bawang merah, kacang tanah, dan kacang kedelai) sawah yang telah beririgasi kadang-kadang dijadikan tambak ikan.

4. Sistem kesenian
Kesenian Suku Sundabanyak ragamnya. Nyanyian Sunda dibagi dalam jenis tembang dan kawih, tembang dibentuk melalui ikatan puisi berbentuk pupuh dan guguratan. Kawih adalah nyanyian yang bentuknya bebas, kecapi, reog, suling, angklung dan degung adalah alat musik tradisional yang masih banyak dipergunakan. Tarian berupa pencak silat, ketuk tilu, longser, tayuban, tari merak, serimpi, tari kejang, tari topeng dan jaipongan yang sangat populer baik dikalangan masyarakat sunda sendiri maupun nasional.
Wayang golek yang dibuat seperti boneka, dimainkan oleh dalang dan banyak digemari oleh masyarakat. Sekarang ini, wayang dimodifikasi menjadi wayang modern, seperti bias mengeluarkan darah, muntah dan sebagainya.
Seni sastra yang tertua adalah pantun carita. Isi ceritanya antara lain dongeng kepahlawanan, seperti Lutung Kasarung, Ciubg Wanara, Munding Laya, Nyi Pohaci Sang Hyang Sri, Babad Siliwangi dansebagainya.
Seni sastra lainnya yaitu cerita rakyat Sunda yaitu Si Kabayan, suatu contoh sastra yang dilukiskan sebagai seorang yang malas dan bodoh akan tetapi sering tampak kecerdikannya.

5. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan suku sunda adalah bilateral, garis keturunan diperhitungkan menurut ayah dan ibu. Dalam masyarakat Sunda tidak membedakan kerabat pihak laki-laki (Ayah) dengan pihak perempuan (Ibu) dalam antropologi. System ini disebut Kendred.
Pengertian keluarga dalam masyarakat sunda sangat luas, selama ada ikatan perkawinan (Afinity) dan pertalian ikatan darah (consanguinity) baik dari pihak ayah maupun ibudisebut dulur urang atau wargi/ keluarga.
Dalam masyarakat sunda dikenal istilah sabondoroyot, artinya7 turunan/generasi. Istilah untuk menyebut keturunan dari atas ke bawah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kolot 5. Janggawareng
2. Embah 6. Udeg-udeg
3. Buyut 7. Gantungsiwur
4. Bao

Sedangkan dari bawah ke atas adalah sebagai berikut :
1. Anak 5. Janggarwareng
2. Incu 6 Udeg-udeg
3. Buyut 7. Gantungsiwur
4. Bao

Masyarakat Sunda mempunyai kebebasan untuk memilih jodohnya, namun terdapat larangan menikah dengan sesama keluarga batih, selain itu dianjurkan untuk tidak menikah dengan saudara dekat, agar persaudaraan makin luas dan kalau ada penyakit tidak ditunkan. Pepatah sunda mengatakan “lamun nyiar jodo kudu sawaja sabeusi” artinya dalam mencari jodo harus sesuai dan cocok.

6. Sistem Politik

Desa merupakan kesatuan administrative terkecil pada masyarakat Sunda. Desa mempunyai system pemerintahan yang kepala desanya disebut dengan istilah yang berbeda-beda. Di desa Bojong Loa, sebelah barat Sumedang kepala desa disebut kuwu, kuwu dipilih oleh Rakyat. Ia wajib mengurus kepentingan umum berupa pembuatan jalan, selokan serta pengurusan harta benda desa. Dalam melaksanakan tugasnya kuwu didampingi oleh pihak pihak sebagai berikut :

  1. Satu orang Juru Tulis, juru tulis bertugas mengurus administrasi pemerintahan berupa pemeliharaan arsip, daftar hak milik rakyat, pengurus pajak, dan lain-lain.
  2. Tiga orang kokolot. Kokolot merupakan penghubung rakyat dan pamong desa. Kokolot bertugas menyampaikan perintah atau pemberitahuan pamong desa kepada rakyatnya dan menyampaikan pengaduan rakyat kepada pamong desa.
  3. Satu orang kulisi, kulisi merupakan petugas yang bertanggung jawab dalam hal keamanan desa dan mengurus berbagai pelanggaran hokum warga desa. Kulisi bekerja sama dengan hansip dalam pemeliharaan desa.
  4. Satu orang ulu-ulu, ulu-ulu bertugas mangatur pembagian air dan memperbaiki selokan.
  5. Satu orang Amil, Amil bertugas mengurus masalah kematian, kelahiran, nikah talak, rujuk, pembacaan do’a pada selamatan dan sebagainya.
  6. Tiga orang pembina desa, pembina dess terdiri atas satu orang dari kepolisian dan dua orang dari Angkatan Darat.

7. Sistem Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Peralatan tradisonal suku sunda beermacam-macam salah satu yang terkenal yaitu kujang, ini merupakan sejarah peninggalan prabu Siliwangi dan sampai sekarang pun perakitan untuk membuat peralatan tersebut makin berkembang bahkan untuk membuatnya yaitu besi dan baja yang dimana orang yang membuatnya sering disebut pandai, hasilnya seperti bedok, kapak, arit, pacul dll.

Disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi suku Sunda sudah berkembang. Hal ini terbukti masyarakat suku sunda sudah berkembang, hal ini terbukti masyarakat suku Sunda telah bias menumbuhkembangkan potensi yang ada pada diri mereka. Misalnya bidang teknologi dan industri, Jawa Barat telah mampu dan mempunyai perusahaan pembuat kapal terbang yaitu IPTN Bandung, dimana perakitan pesawat terbang karya anak negeri, misalnya ; N.130 / Gatot Kaca. Masyarakat suku sunda sangat peka terhadap keadaan iklim wilayahnya.

Di sektor agraria suku sunda banyak memproduksi hasil pertanian, seperti : padi, teh, dll. Mereka pun telah mengenal modernisasi dan berkarya membangun daerahnya agar bias meningkatkan potensial yang ada di wilayah Jawa Barat.

1 komentar:

  1. terima kasih, infonya sangat membantu penyusunan tugas saya.... :)

    BalasHapus